BER-PA DENGAN
PENDEKATAN “TANGGAPAN PEMBACA”
(READER RESPONSE)
Berikut ini saya paparkan refleksi atas pengalaman memandu PA (Pemahaman Alkitab) di salah satu kelompok PA GKI
Nusukan, Solo sekitar tiga bulan yang lalu. Menarik bahwa kelompok PA ini dibentuk berdasarkan
kesamaan profesi para anggotanya (yang adalah para pedagang) bukan
berdasarkan wilayah tempat tinggalnya. Upaya ini merupakan ide baru
yang dirancang oleh majelis jemaat GKI Nusukan. Saya tidak tahu ke
depannya apa yang akan terjadi, namun yang jelas hingga saat ini memang
baru ada satu kelompok PA semacam itu. Selebihnya, kelompok-kelompok PA
lain masih berdasarkan wilayah.
Saya mendapatkan pengalaman yang menarik ketika memandu di kelompok
PA “baru” tersebut. Setelah menerima informasi bahwa biasanya PA di
kelompok tersebut cenderung interaktif (bukan sekedar renungan satu
arah), saya pun mencoba menerapkan pendekatan “tanggapan pembaca”. Saya
tidak menyusun sebuah teks bahan PA yang sudah baku. Saya sekedar
menyiapkan beberapa informasi dasar tentang teks yang dibahas. Perlu
diketahui bahwa informasi dasar tersebut tidak langsung saya sampaikan
ketika PA dimulai. Daripada memulai dari sudut pandang yang cenderung
objektif, saya cenderung memulai dari sudut pandang yang cenderung
subjektif: bukan pertama-tama dari saya, melainkan dari para peserta
PA. Untuk itu pertama-tama kami membaca teks Alkitab secara bergiliran
sebanyak dua kali. Kali yang pertama, masing-masing membaca sebanyak
dua ayat. Kali yang kedua, masing-masing membaca sebanyak satu ayat
dengan tempo pembacaan yang lebih lambat dari sebelumnya. Setelah itu,
masing-masing peserta diberi kesempatan untuk memikirkan dan
merenungkan dua pertanyaan sederhana, yakni: 1) Apa yang dibahas teks
secara umum? 2) Apakah ada ayat atau kata-kata di dalam teks yang
menarik perhatian? Mengapa demikian?
Teks yang dibahas adalah Markus 13:1-13. Sebagaimana keterangan yang
dicantumkan LAI, secara umum teks tersebut berbicara tentang akhir
zaman. Wacana tentang akhir zaman biasanya memancing keingin-tahuan
orang untuk berspekulasi kapan itu akan terjadi. Kesan saya, di awal PA
hal ini memang sempat terjadi. Saya sendiri sudah siap-siap membahas
tentang isu kiamat di akhir tahun 2012 ini. Namun perkembangan
selanjutnya sungguh di luar dugaan. Seiring dengan hasil sharing dari
para peserta, pembahasan tidak lagi terpaku kepada spekulasi kapan akan
kiamat. Lebih jauh dari itu, kami menemukan bahwa ternyata teks juga
mengandung makna lain yang relevan dengan situasi jemaat pada masa
kini. Ada dua makna penting yang kami kembangkan: tentang pentingnya
kewaspadaan dan penghiburan oleh Roh Kudus ketika ‘hari itu’ tiba.
Lebih lanjut, kedua makna tersebut dibahas penerapannya di dalam
kasus-kasus konkret yang terjadi di sekitar kita. Sungguh menarik dan
terasa sangat membumi.
Dari proses PA tersebut, perhatikanlah bahwa telah terjadi
pergeseran dari soal KAPAN akhir zaman akan terjadi kepada soal
BAGAIMANA mengantisipasi terjadinya akhir zaman. Di dalam teks Markus
13:1-13 hal ini cenderung menjadi aspek yang tersirat. Aspek tersurat
yang ditangkap pembaca pada umumnya adalah bahwa peristiwa-peristiwa
tersebut menandai KAPAN akhir zaman itu akan terjadi. Padahal secara
tersirat paparan peristiwa-peristiwa tersebut bersifat antisipatif.
Bukankah sesuatu yang akan terjadi diberitahukan terlebih dahulu agar
para pendengar dapat mengantisipasinya?
Saya pulang dari kegiatan PA tersebut sebagai orang yang turut
menerima pencerahan dan inspirasi. Sebenarnya, dalam PA tersebut telah
terjadi proses kegiatan menafsir dan memaknai teks Alkitab secara
bersama-sama, baik melalui wawasan maupun pengalaman pribadi
masing-masing peserta. Saya sebagai seorang yang belajar ilmu Teologi
bertugas lebih sebagai fasilitator yang sekaligus membantu
mengartikulasikan proses pemaknaan bersama yang dilakukan oleh para
peserta.
bagaimana dengan persamaan profesi itu? apakah pembahasan PA selalu dibawa kepada konteks profesi atau tidak??
BalasHapusBBL
seingat saya, ketika itu pembahasan PA tidak selalu dibawa kepada konteks profesi (dagang). Agak aneh juga. Mungkin ada kecenderungan untuk memisahkan antara urusan pekerjaan dan urusan iman.. tentu menarik untuk meneliti lebih lanjut dinamika kelompok PA tsb. Sayang, selama berada di GKI Nusukan, tidak banyak kesempatan yang saya peroleh untuk memandu PA di kelompok PA tsb.
BalasHapus