Batin yang
hening tak sekedar diam tanpa kata atau pun tanpa gerak.
Batin yang
hening memerlukan kerendahan hati yang terbuka siap menyambut kehadiran-Nya
Batin yang
siap mendengarkan dengan kelembutan kasih
Lapangkanlah
ruang hati
Biarkanlah
menjadi bersih dan nyaman
Tenang, sunyi
dari suara-suara dari pikiran sendiri yang mengganggu telinga batin
Siapkan ruang
hati untuk menyambut-Nya penuh hormat dan syukur mendalam
Duduklah
bersama dalam percakapan batin nan indah
Dengarkanlah
Ia menyapa dan berbicara dan mendengarkan
Ia sangat
mengasihi kita….
-doa di bukit doa Turgo, Wonosobo, 15 Agustus
2012-
(hyachinthoides)
dear hhyachinthoides,
BalasHapusMemang sukar merasakan ketentraman batin dan mendiamkan hasrat diri itu. Yang lebih banyak berbicara adalah hasrat diri. Rasanya sulit untuk menghindar dari suara kita sendiri. Saya jadi teringat kalimat yg saya baca di fb tadi pagi "A place cannot save you, because there is no place where is you can flee from yourself." Kutipan dari teolog orthodok, St. Nikon Optima.
Setuju sekali, kita perlu kerendahan hati untuk menyambut Tuhan dan mendengarkan suaranya. Sehingga dalam hening dan tidak sekalipun, suaraNya yang semakin terdengar dan bukan suara kita. Downward mobility gituh? hehehehe....
tulisan yang inspiratif dan menarik dengan bahasa yang tertata apik, Thanks yah...
btw, maaf itu tulisan terbuka ditulisnya terbka. hehehe... Monggo diedit.
salam persahabatan!
emsiseyar
Emsiseyar...
BalasHapusthanks buat koreksinya, padahal udah mata empat, masih aja susah ngliat wkkwkwkwk...
makasihhhh yoooo...
salam persahabatan!